Think ● Solve ● Brave ● Go ● Fight ● Win

21 Mei 2016

Eisthera's Graduation Day


Terhitung beberapa detik, menit dan jam. Seratus empat belas pejuang secara resmi telah berhasil melewati perangnya. Melangkah lebih maju untuk menggapai sebuah pencapaian besar di hidupnya. Tiga tahun terlewati bak menaiki kereta tercepat di dunia. Tidak terasa dan berlalu begitu saja. Bermula dari lagak polos hingga menyebalkan tapi inilah yang membuat mereka tak terlupakan. Sampailah pada hari ini, disaat ketika seluruh Kesenangan, kesedihan dan kebahagiaan yang menyelimuti. Wisuda
Baru saja beberapa saat yang lalu kita Eisthera Gritanefic resmi lulus dari penjara suci yang telah menempa kita selama tiga tahun. Hari ini adalah hari yang akan selalu teringat dalam pikiran kita, seratus empat belas siswa yang awalnya biasa-biasa saja tapi ketika berkumpul bersama menjadi sekumpulan orang-orang aneh yang menyebalkan tapi juga asik .
               
Teringat perkataan Miss Yuna waktu kelas XI, “Kami menyiapkan kalian bukan cuman buat jadi sarjana tapi sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih berharga”’ sebenernya Miss Yuna mengucapkannya dalam bahasa inggris tapi lupa saat itu bagaiman kalimatnya tapi intinya itu. Sadar gak sih? Betapa sebenarnya kita itu dididik untuk sebuah tujuan yang luar biasa seperti apa yang dulu dicita-citakan oleh Pak Habibie.Rupanya setelah tiga tahun akhirnya keluar juga hasilnya tepat tanggal 21 Mei 2016, ya kita di wisuda setelah melalui banyaknya proses yang melelahkan. Tapi apa memang wisuda ini akan menjadi tonggak sentral dimulainya perjuangan kita? Apakah wisuda ini sebagai pintu masuk sebuah perjalanan yang lebih menyulitkan atau tiket bebas dari sebuah kekangan instansi pendidikan?
Mari coba kita melihat kembali percobaan Kucing Schrodinger, menurut Schrodinger terhadap percobaan ini “Kucing memiliki probabilitas yang sama besar untuk hidup dan mati, sehingga tercipta lah sebuah skenario ‘mungkinkah kucing mati sekaligus hidup di waktu bersamaan?’”, pernyataan ini sejalan dengan perasaan kita ketika wisuda senang sekaligus sedih disaat bersamaan, dari beberapa orang yang sudah ditanya, tidak ada diantara mereka yang mau memilih salah satu diantaranya. Paradoks.
                Senang. Siapa yang tidak senang di wisuda sih? Seumur-umur belum pernah ada acara wisuda tanpa hiruk pikuk tawa dan canda dari para wisudawan. Wisuda adalah salah satu hari paling bahagia bagi setiap orang yang pernah merasakan pendidikan. Realisasi atas puncak pencapaian dari proses belajar mungkin adalah wisuda, akan percuma perayaan kelulusan dengan mencorat-coret baju, pawai keliling kota, sampai permainan kembang api jika tidak ada penyerahan simbolis dari sekolah kepada kita sebagai suatu bentuk penegasan kepada khalayak umum “Iniloh siswa-siswa kami yang sangat kami banggakan, nantikanlah kiprah mereka di masyarakat.” Di Insan Cendekia sendiri wisuda adalah hal yang paling diinginkan oleh setiap siswanya tidak terkecuali kita, Eisthera Gritanefic. Perjuangan melelahkan selama tiga tahun terbayar lunas hanya dengan prosesi wisuda yang berlangsung kurang lebih empat jam. Tidak ada satu pun dari kita yang mau melewatkan prosesi berbahagia ini.
                Kita senang, kita gembira, dan kita juga bangga akhirnya berhasil menjadi alumni dari salah satu sekolah terbaik di Indonesia. Seorang wali murid pernah berkata “Masuk ke IC aja tuh udah hebat, apalagi kalau bisa wisuda juga dari IC”. Mungkin selama di IC kita merasa jenuh, gak kuat, pengen seperti teman-teman lain yang sekolah diluar, yang gak perlu tinggal di asrama, yang bisa bebas pergi-pergi, bebas jalan-jalan, yang nilainya akan tetap bagus sekalipun kadang belajar seadanya.Bandingkan dengan kita, udah diwajibkan tinggal di asrama yang penuh dengan aturan, harus bisa mengurus diri sendiri, harus belajar dengan benar kalau tidak mau remed bahkan terkadang sekalipun sudah luar biasa belajarnya masih juga remed. Tekanan pelajaran, home sick, rasa enek gara-gara pas sampai di asrama tidak bisa langsung istirahat karena kamar yang berantakan atau hal-hal lain yang membosankan. Tapi layaknya soundtrack laskar pelangi yang dinyanyiin Sherina, kunci kita bahagia selama di IC cuman satu kebersamaan dengan teman-teman Eisthera yang layaknya keluarga sendiri. Namun justru muncul pertanyaan apakah kita sudah pantas disebut sebuah keluarga kalau kita saja masih suka menggunjingkan satu sama lain, menggolok-olok, bahkan sampai mengucilkan mereka. Tapi bukankah justru disana kita nemuin kekeluargaannya? Perasaan memaafkan yang timbul tanpa perlu dipaksa-paksa, perasaan iba terhadap satu sama lain, perasaan yang saling terkait bahkan tanpa berkata-kata.
Selama tiga tahun sadar gak sadar sebenarnya kita sudah membentuk sebuah keluarga besar, ya selain antara kita sendiri tapi, juga menghubungkan orang tua-orang tua kita, alhasil bukan kita aja yang terciprat kebaikan teman-teman kita namun terlebih lagi, diantara orang tua-orang tua kita juga bisa saling berbagi satu sama lain. Jadi memang gak salah kalau kita itu disebut sebuah keluarga. Dalam ikatan kekeluargaan ini pun kita saling menjaga satu sama lain, saling mebantu satu sama lain serta mengajak dalam kebaikan dan saling mengingatkan akan hal-hal yang kurang baik. Mungkin pernah terpikir pola tingkah laku kita di IC itu hanya akan kita lakukan di IC saja, di lingkungan luar ya kita beda lagi alias sebenernya kita di IC hanya memakai kedok agar terlihat sama dengan yang lain. Tapi coba balik pertanyaannya, bukankah sebenernya tingkah kita yang diluar IC yang merupakan kedok kita? Bukankah kita diluar berusaha buat bertingkah sesuai dengan pola pergaulan teman-teman kita diluar sana? Tidak kah kita justru merasa lebih canggung ketika bergaul dengan mereka? Justru di IC-lah kita tidak memkirkan hal-hal rumit seperti itu, hanya mengikuti pola aliran pergaulan yang memang kita terima tanpa perlu berberat hati. Tidak kah kita merasa nyaman ketika kita bergaul dengan sahabat  kita di Eisthera? Bukan kah mereka sudah menjadi sebaik-baiknya sahabat yang kita miliki? Mungkin beberapa dari kita masih sulit buat move on dari sahabat-sahabat masa SMPnya, tapi memang pada dasarnya kenangan bersama Eisthera tidak bisa memakaa masuk ke dalam kenangan masa lain yang mungkin juga indah, namun kenangan kita bersama Eisthera akan tetap terpatri secara indah dalam sudut-sudut ingatan kita, sudut-sudut yang tidak pernah dihiasi tangan jaring laba-laba karena begitu indahnya sudut kenangan tersebut .
Selain sahabat seperjuangan seringkali kita terlupa akan orang-orang hebat yang telah membina kita, seringkali kita terlupa akan jasa dari guru-guru kita selama ini. Mungkin kenangan akan teman-teman kita terlalu banyak memenuhi memori kenangan di IC sampai-sampai jasa-jasa serta kenangan-kenangan luar biasa dengan guru seringkali kita terlupa atau justru sengaja untuk dilupakan. Sadarkah kita betapa sebenarnya kita sudah dididik oleh para guru nomor satu dalam bidangnya masing-masing, bukan hanya dalam bidang akademik namun dalamnya moral yang ditanamkan menjadi sebuah nilai yang seharusnya akan sangat sulit untuk dilupakan. Mereka, guru-guru kita adalah muara peraduan terakhir kita apabila aliran masalah yang kita alami tidak dapat diselesaikan sendiri, oleh bantuan teman, dan terlalu jauh untuk mengadu kepada orang tua. Guru-gurulah tempat kita merajuk, bercerita, dan meminta pendapat akan masalah yang kita alami. Bukan hanya satu dua masalah, bukan juga dari satu dua siswa, guru-guru terhebat yang pernah kita miliki telah menampung lebih dari seribu masalah siswanya dari seribu siswa yang berbeda. Guru-guru kita selalu merasa tersanjung masih diberi kesempatan untuk menjadi tumpuan kita menuju impian kita, Pak Away bahkan mengumpamakan seperti anak tangga yang dengan penuh ketulusan serta kesabaran menuntun kita untuk mencapai ke puncak menara. Wisuda memang waktu terakhir kita dengan teman-teman seperjuangan tapi bukan kah wisuda juga menjadi saat-saat terakhir kita untuk duduk sebagai penuntut ilmu dari guru-guru kita yang hebat? Memang pepatah pernah menyebutkan boleh ada mantan kekasih dan mantan sahabat, namun tidak akan pernah ada yang namanya mantan guru  maka ingatlah selalu jasa guru-guru kita, orang-orang luar biasa yang dari mereka lah lahir para penerus bangsa.
                Rasa Bangga dan Bahagia tentunya turut andil dalam momen hari ini. Kita merasa bangga berhasil membahagiakan kedua orang tua kita, percayalah sekalipun kita menggangap wisuda hari ini hanya satu dari jutaan sekuel hidup kita namun dalam benak orang tua kita yang walaupun sudah berkali-kali melihat wisuda anak-anaknya mereka tetap akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Andaikata hari ini kita belum menangis karena berpisah dengan teman-teman seperjuangan maka menangislah karena kedua orang tua kita yang juga merasakan sulitnya perjuangan kita selama tiga tahun. Menagislah karena membayangkan kerasnya dan tulusnya doa mereka untuk kesuksesan kita selama di Insan Cendekia, menangislah karena ketika kita bercanda, di setiap malam ada doa-doa yang tak pernah putus, ada perasaan yang sangat dalam yang terpendam dalam hati mereka yang mungkin sampai ajal menjemput pun tidak akan bisa mereka ucapkan melalui kata-kata, karena perasaan cinta yang tulus tidak butuh banyak berkata indah namun yang dibutuhkan hanyalah perbuatan dengan niat tulus. Janganlah dilupa untuk mengucapkan kata yang walau sederhana namun penuh arti bagi mereka, “Terima Kasih.”
                Namun dibalik segudang rasa indah hari ini, tak terduga namun harus siap diterima, sebuah kata yang selalu datang setelah pertemuan, ya perpisahan. Wisuda ibaratnya sebuah pintu keluar dari sebuah ruangan VIP yang digunakan untuk melihat pertunjukkan dimana didalamnya dirancang fasilitas seideal yang hanya akan dihuni oleh oran-orang pilihan yang memiliki idealisme yang sama, namun ketika pertunjukkan berakhir para penghuninya harus meninggalkan ruangan tersebut menuju tempat berikutnya dengan kondisi yang jelas sangat berbeda. Dari wisuda inilah kita terpisah, tidak lagi melangkah beriringan. Kenangan kita setelah hari ini pun tidak lagi akan saling terkait, tidak lagi menjadi kenangan sebuah angkatan yang utuh. Kita akan menempuh perjalanan selanjutnya dengan cerita yang berbeda, bersama sahabat-sahabat yang baru, walau mungkin tetap akan berjumpa dengan teman-teman Eisthera namun tetap saja semua tidak akan pernah sama lagi ketika kita terpisah, layaknya puzzle yang tak utuh bila satu kepingannya hilang, akan tetapi, walaupun setelah wisuda ini kita akan jarang bertemu, tapi kita sudah berhasil bermetamorfosis menjadi sebuah konsepsi baru yang terikat lebih kuat dari sebelumnya, kekuatan yang datang dari indahnya kenangan bersama selama tiga tahun. Setelah ini memang tidak akan lagi ada makan bersama, tidak ada lagi teriakan-teriakan yang menghiasi asrama-asrama kita, tidak ada lagi diskusi-diskusi ilmiah bersama, tidak ada lagi main voli bersama, dan mengobrol gajelas bersama.  Namun, satu hal yang jelas akan tetap ada adalah ikatan kita sebagai saudara, dan melalui ikatan ini kita akan terus saling percaya tanpa mengenal batas waktu. Karena dari semua yang telah kita jalani satu-satunya yang fana adalah waktu.


Yang fana adalah waktu. Kita abadi :
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
“Tapi,
yang fana adalah waktu, bukan?”
tanyamu. Kita abadi.
( Sapardi Djoko Damono )



Selamat wisuda kawan, selamat berjuang menjadi orang hebat dan sukses dunia akhirat. Jangan seperti kapal yang ditelan tsunami, yang pergi dan tak pernah kembali. Berbaliklah dan sapa kembali dengan ramah. Wahai sahabat, ingatlah hari ini.
MAN Insan Cendekia Serpong, 21 Mei 2016

Eisthera’s graduation day

0 komentar:

Posting Komentar