Think ● Solve ● Brave ● Go ● Fight ● Win

25 Mei 2016

UN CBT – Daily Logs


*Sebelumnya, post ini akan ditulis dari perspektif seorang siswa kelas XII IPA 3, dimana pelajarannya – tentunya – sebagian besar IPA. Mungkin bisa relevan dengan yang IPS.

Beberapa minggu yang lalu (tepatnya 4 April 2016), manusia yang berjenis “pelajar Indonesia” – termasuk kami – mau nggak mau harus menghadapi masalah besar yang bernama Ujian Nasional (UN). Sebenarnya nggak terlalu masalah kalau udah belajar, tapi… ah sudahlah.
Perlu kalian ketahui, UN ini berlangsung selama 9 hari – dengan 3 hari kosong, karena ‘cuma’ 6 pelajaran – ,yang awalnya dibayangkan akan menjadi hari-hari neraka dimana kami akan makan latihan soal setiap hari. Ternyata, ekspektasi tetaplah ekspektasi…
*Sedikit info, di hari pertama UN katanya akan ada kunjungan dari Menteri Agama dan Walikota Tangsel (sadis…), dimana kami dipersiapkan dan diwanti-wanti sebelumnya oleh Bu Penny (kepala madrasah, red.), agar membersihkan asrama sebelum beliau berdua datang. Kami pun membersihkan asrama dengan semangat, sambil masing-masing berdoa agar kamarnya nggak dikunjungi Pak Menteri dan Bu Walikota.

Seperti bahagia

Senyum putus asa
Overall, UN dibagi jadi 2 sesi, yaitu sesi 1 dan sesi 2 (iyalah), dimana masing-masing sesi akan ‘dihuni’ 3 kelas bergantian, biar semua merasakan kedua sesi. Saya sendiri mulai di sesi 1. Khusus hari pertama, anak-anak sesi 2 bakal ketemu Pak Menteri duluan. Oiya, di sesi ini kami memberikan persembahan berupa 1 set buku kumpulan cerpen “Etape” kepada Pak Menteri, yang diserahkan oleh M. Wifaqurrahman Nur Huda.


Ketauan Pak Menteri


Yak, lanjut aja ya.

Day 1 – Bahasa Indonesia

Pelajaran pertama, Bahasa Indonesia. Overall, subjek yang satu ini – seharusnya – nggak terlalu susah, hanya saja cukup banyak soal-soal yang dirasa ambigu dan menimbulkan banyak sekali penafsiran jawaban. Ditambah bacaan yang cukup memusingkan, menjadi paket soal pembuka yang sangat membuat down semangat. Dan benar saja, setelah sesi 1 dan 2 selesai, terjadi perdebatan seru antar kami semua mengenai soal-soal barusan. Contoh :

“Eh, nomor 1 jawabannya ******* bukan sih ?”
“Bukan, jawabannya *****”
“EH, SERIUSAN ?”
Suddenly temen yang lain bilang, “Iya ***, gw jawabannya juga itu.”
"Aaaarrrghhhhhhh !!!!” *banting alat tulis*

Stres bukan main, kami memutuskan menghentikan diskusi itu, meski masih banyak yang ngotot buat debat sama yang lain, contohnya *you-know-who*. Sebagian nekat belajar buat besoknya, sisanya memutuskan berlayar ke pulau kapuk.

Day 2 – Kimia

Pelajaran kali ini – untungnya – cukup mudah, nggak terlalu mengecoh pun bikin pusing. Terlihat dari teman-teman yang wajahnya bercahaya habis keluar dari kelas. Debat pun berlangsung lebih aman, dan yang ngotot jawabannya benar pun sedikit.

Day 3 – Matematika

Yap, pelajaran yang kami “tunggu-tunggu”. Cukup bikin deg-degan, karena saya punya target 100 di subjek ini (wuih…). Kami mengerjakan soal dengan sangat hati-hati sekali. Alhamdulillah, nggak sesulit yang dibayangkan. Sepertinya nggak ada masalah, dan nggak ada ‘bug’ yang berarti di soal kali ini. Sampai kami berkumpul di “arena debat”, kamar 106 F.

Terjadi debat sengit tentang soal ini. Jadi, intinya diberikan sebuah lahan dan gulungan kawat. Kawat itu bakal dipake buat bikin pagar. Nah, dengan panjang dan lebar lahan sekian, berapa keliling lahan jika luas lahan maksimum ? Sebenarnya soalnya gampang, cukup dikerjain pake turunan biasa. Masalah terjadi, gara-gara ilustrasi pagar di atas. Apakah pagarnya dianggap selapis kawat, atau 4 lapis? Kalo opsi jawabannya cuma ada salah satu dari jawaban pertanyaan di atas, nggak masalah. The problem is, ADA DUA-DUANYA.

*asumsikan keliling lahan 360, soalnya lupa jawabannya berapa -_-“
“Eh,eh, soal no. x jawabannya 360 kan?”
“Lah, 90 kali yang bener?”
“Lah, kagak lah, 360 bro yang bener,”
“Lu liat gambarnya kagak? Itu pagarnya 4 lapis bro…”
“Itu mah ilustrasi doang kali? Gw pernah ngerjain soal mirip itu pagarnya ya dianggep selapis doang…”
“Ya pembuat soalnya pingin ngecoh bro, yakin gw 90 yang bener”

     
Selain soal tadi, ada soal lagi yang jadi bahan gosipan. Jadi, kira-kira intinya ada 3 orang dan beberapa buah lampu (kalo gak salah) yang terdiri dari 2 lampu rusak dan sisanya yang bagus. Berapa peluang yang terjadi jika masing-masing mengambil lampu bergantian dan orang ketiga mendapat lampu yang rusak ? Lagi-lagi ini soal mudah (seharusnya). Tapi, ternyata ada ‘bug’ yang nggak terkira.
SEBAGIAN BESAR menganggap orang pertama dan kedua selalu mendapat lampu bagus, padahal ada kemungkinan yang lain. Yaitu orang pertama dapat lampu bagus dan orang kedua yang jelek, begitu pula sebaliknya. Daaaaaaannn debat yang kurang lebih sama dengan yang di atas terjadi lagi.
Hari ini pun ditutup dengan kelabakan ngapalin materi biologi.

Day 4 – Biologi

Menurut saya pribadi, ini pelajaran paling susah – kayaknya sebagian besar setuju – di UN. Yah, tau lah kenapa. Banyak soal-soal yang nge-bug, banyak banget yang ngecoh (atau emang gak ngerti, beda tipis). Banyak dari kami yang cukup stres, namun cukup lega karena besok libur. Yap, libur 3 hari setelah UN Biologi benar-benar kombinasi yang pas.

Day 5-7 – “Istirahat”

Dibandingkan 4 hari sebelumnya, 3 hari ini benar-benar “dioptimalkan” untuk istirahat. Yap, istirahat.




Terlihat sebagian besar orang lupa bahwa masih ada fisika dan bahasa Inggris. Tapi, sebenarnya saya yakin mereka juga pada lupa kalau sebenarnya ini UN. Dapat dilihat dari Ham****dan (bukan nama sebetulnya) yang terus-terusan teriak “Poliploidiiiiiii…!!!! Poliploidiiiii…!!! (ngajak main voli)” dan beberapa spesies manusia penyuka gawai berlayar 10 inci keatas yang tiap hari ngebet mau ke CSA.
By the way, hari ini juga dipakai sama grup-grup pendaki buat siap-siap ini-itu. Mereka terlihat asik sekali, sementara saya sendiri gabut karena nggak ikut keduanya.
Oh iya, ada kabar gembira untuk kita semua. Hasil Tohoku udah keluar dan mereka (Alvin, Adam, Ojan, Ijat) lolos ! Yak, selamat buat kalian berempat ! Sayangnya mereka belum juga traktiran hingga saat ini.

Day 8 – Fisika

UN mulai lagi yay! Anyway, pelajaran kali ini Alhamdulillah nggak begitu sulit, terbukti dari debat yang sedikit. Mungkin karena udah pada kepikiran liburan kali ya haha. Apalagi, begitu pulang ke asrama, sedikit yang ngebahas soal, bahkan yang belajar bahasa Inggris pun sedikit. Bisa dibilang, ini bagaikan hari terakhir UN. Atau memang hari terakhir UN?

Day 9 – Bahasa Inggris

Yap, pelajaran terakhir. Kalo mau jujur, malam sebelumnya banyak – banget – yang nggak belajar. Terlebih pada menganggap pelajaran kali ini gampang, makanya pada santai-santai, istirahat biar pada kuat mendaki gunung. Dan – Alhamdulillah – nggak begitu banyak kesulitan berarti, wajah teman-teman pun terlihat bahagia sekali saat mengerjakan soal.
Bel berbunyi, tanda UN telah benar-benar berakhir. Kami semua langsung ganti baju dan menuju GSG untuk makan bersama komite. Seakan mengerti kami lelah sekali setelah UN, di sana disediakan tempat mengambil es kopyor + nata de coco yang sangat enak dan jadi tempat terlaris – karena boleh ngambil berkali-kali – selama makan siang.
Sepulang dari GSG, Eistherawan langsung mengambil manuver 90 derajat ke kanan begitu singgah di depan gedung F. Dalam sekejap, puluhan tas mengalir tanpa putus menuju lobby. Tombol power ditekan, menandai akhir resmi dari UN CBT kami.


Some facts :

  1. Sempat terjadi server rusak di UN day 1, tepatnya di kelas SS sesi 2. Sedihnya, mereka harus selesai UN pas magrib.
  2. Buku “Etape” yang akan dibaca Pak Menteri duluan adalah “Surat untuk Gadis Bermata Indah”. Satu teater langsung heboh.
  3. Tiap pagi dikasih snack kotakan, yang isinya enak banget. Sorenya dikasih makanan lagi. Ditambah vitamin pula. Kami makmur dan sehat.
  4. Entah kenapa XII IPA 3 langsung heboh begitu disuruh ngisi angket hari terakhir. Begitu liat pertanyaannya bejibun, langsung down.
  5. Pada heboh pas ngeliat meja prasmanan. If you know what I mean.

0 komentar:

Posting Komentar